Anugerah pertama yang dikaruniakan Allah swt. ialah keberkahan- keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Halimah tempat Muhammad disusukan.
Padahal sebelum kedatangan Muhammad di tengah keluarga mereka, mereka hidup dalam keadaan serba kekurangan. Ketika Muhammad berada di tengah-tengah mereka rezeki mereka berlimpah yang datang dari ternak gembalaan mereka.
Lagi pula, sebelum itu air susu Halimah kering, tetapi setelah ia menerima Muhammad sebagai anak yang akan disusukannya, tiba-tiba air susunya mengalir secara berlimpah.
Sehubungan dengan kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada Muhammad ini seorang penyair shufi bernama Al-Bushairi dengan mengatakan
dalam qashidah Hamziyahnya:
Bilamana Tuhan menundukkan orang-orang orang yang berbahaagia, maka sesungguhnya mereka adalah orang- orang yang berbahagia.
Selanjutnya hal itu disusul pula dengan peristiwa pembedahan dada Muhammad yang dialaminya guna mengeluarkan tempat bercokolnya setan dari dalam dadanya. Hal ini bukan merupakan sesuatu yang ajaib bila dikaitkan dengan kekuasaan Allah swt. Barang siapa menganggap mustahil hal-hal tersebut, berarti jangkauan pandangan akalnya pendek sekali, dan tidak mengetahui sama sekali tentang kekuasaan Allah swt. Pada hakikatnya peristiwa-peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam yang timbul dari diri para nabi bukanlah merupakan hal yang aneh atau hal yang baru.
Di antara irhash (pertanda kenabian) yang dilimpahkan Allah kepada Muhammad ialah dijinakkan-Nya mega untuk Muhammad sewaktu dia mengadakan perjalanan niaga ke negeri Syam.
Mega selalu menaunginya dari sengatan sinar matahari musim panas. Hal itu hanya dialami oleh dia sendiri, dan tidak ada seorang pun di antara rombongan kafilahnya yang ternaungi.
Demikianlah diceritakan oleh Maisarah, pembantu Siti Khadijah, yang mendampinginya dalam perjalanan tersebut.
Hal inilah yang mendorong Siti Khadijah berani melamar Muhammad untuk menjadi suaminya. Siti Khadijah merasa yakin bahwa Muhammad akan memiliki perkara yang agung di masa mendatang. Tatkala berita kenabian sampai kepadanya, ia adalah orang pertama yang beriman kepada Rasulullah saw.
Dalam hal ini Siti Khadijah secara spontan menampakkan reaksi keimanannya terhadap Nabi saw. tanpa menunggu-nunggu pertanda kenabian lainnya seperti akhlak akhlak yang dimiliki oleh nabi dan mukiizat-mukjizat lain yang pernah didengarnya.